Kecakapan Era 4.0
Oleh: Satryo
Soemantri Brodjonegoro
Era 4.0 (revolusi
industri keempat) dicirikan oleh kompleksnya persoalan yang akan dihadapi
penduduk dunia. Semua jenis pekerjaan akan semakin kompleks. Hal ini disebabkan
kombinasi globalisasi dengan teknologi informasi yang kecepatan perkembangannya
sangat di luar dugaan. Untuk dapat berkiprah di era 4.0 diperlukan kecakapan
menangani persoalan yang kompleks.
Dalam buku The Fourth Industrial Revolution, Klaus
Schwab menggambarkan adanya sejumlah jenis pekerjaan yang akan hilang dalam
waktu dekat. Juga sejumlah jenis pekerjaan yang akan bertahan terus bahkan
makin banyak dibutuhkan.
Jenis pekerjaan yang
akan segera hilang antara lain telemarketers
(pemasaran jarak jauh), tax preparers (penyiapan dokumen pajak), umpires-referees-other sport
officials (wasit-hakim garis-petugas olahraga lainnya), legal secretaries(sekretaris urusan
peraturan), real estate brokers
(perantara tanah-bangunan), farm labour
contractors (kontraktor buruh tani), dan couriers-messengers (kurir). Hilangnya jenis pekerjaan tersebut
disebabkan adanya otomatisasi berbasis teknologi informasi.
Sebaliknya, jenis
pekerjaan yang akan langgeng antara lain mental health and substance abuse social workers (pekerja sosial yang
menangani mereka yang mengalami gangguan kejiwaan atau kekerasan), choreographers (koreografer),physicians-surgeons (dokter-dokter
bedah), psychologists (psikolog), human resources managers (manajer sumber
daya manusia), computer systems analysts(analis
sistem komputer), anthropologists-archeologists
(antropolog-arkeolog),marine
engineers-naval architectures(ahli teknik perkapalan), sales managers(manajer penjualan), dan chief executives(direktur utama). Jenis pekerjaan ini tidak dapat
digantikan fungsinya oleh komputer ataupun teknologi otomasi.
Kecakapan sosial semakin diperlukan
Majalah The Economists edisi 14 Januari 2017
menampilkan laporan khusus yang menggambarkan pentingnya kecakapan sosial (social skills) dalam bekerja. Pola
perekrutan tenaga kerja di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sejak tahun 1980
yang dibutuhkan adalah mereka dengan kecakapan sosial yang tinggi meskipun
keterampilan matematikanya rendah. Mereka dengan keterampilan matematika yang
tinggi, tetapi kecakapan sosial rendah tidak dibutuhkan.
Hasil kajian penulis
yang disajikan dalam Laporan ACDP-016 Balitbang Kemdikbud tahun 2015
menunjukkan bahwa ada pergeseran kecakapan di negara maju (OECD) sejak tahun
1960, di mana kebutuhan akan kecakapan non-rutin analitis dan kecakapan
non-rutin interaktif meningkat terus. Sebaliknya, kecakapan rutin kognitif,
non-rutin manual, dan rutin manual menurun terus kebutuhannya.
Dalam bidang teknik,
negara anggota Washington Accord telah menyepakati profil lulusan pendidikan
tinggi teknik sejumlah 12 atribut. Ke-12 atribut itu terdiri atas pengetahuan
keteknisan (engineering knowledge),
analis persoalan (problem analysis),
perancang/pengembangan untuk solusi (design/development
of solutions), investigasi (investigation),
penggunaan perangkat mutakhir (modern
tool usage), insinyur dan masyarakat (the
engineer & society), lingkungan dan keberlanjutan (environment & sustainability), etika (ethics), kerja individu dan kerja bersama (individual & teamwork), komunikasi (communication), manajemen proyek dan keuangan (project management and finance), pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Dari 12 atribut
tersebut, tujuh di antaranya termasuk kategori kecakapan (soft skills), sedangkan lainnya termasuk kategori keterampilan (hard skills). Kecakapan di sini termasuk
kecakapan sosial dan kecakapan non-rutin.
Salah satu jenis
pekerjaan yang akan langgeng adalah dokter dan dokter bedah karena kemampuannya
menangani pasien (sebutan pasien seyogianya diganti menjadi mitra karena
sejajar dengan dokter) yang unik dan kompleks. Setiap orang memiliki keunikan
sehingga dokter harus mampu menangani mitra sesuai dengan keunikannya.
Terapi dan obat yang
cocok untuk satu mitra belum tentu cocok untuk mitra lain dengan penyakit yang
sama. Oleh karena itu, seperti halnya di bidang teknik, di bidang kedokteran
perlu ditekankan pentingnya kecakapan (soft
skills) sehingga peran dokter tidak tergantikan oleh teknologi informasi.
Pada saat ini sudah sangat tersedia berbagai perangkat lunak untuk diagnosis
penyakit dan alternatif penanggulangannya, seorang mitra dapat mendiagnosis
dirinya kemudian mencari alternatif obat dan terapi yang tersedia.
Berdasarkan
deskripsi di atas, jelas bahwa kecakapan era 4.0 adalah kemampuannya dalam
menangani persoalan yang kompleks melalui kecakapan non-rutin dan kecakapan
sosial. Program pengembangan kapasitas sumber daya manusia di era 4.0 harus
dilakukan melalui pendidikan yang memberikan kecakapan non-rutin dan kecakapan
sosial, sedangkan untuk kapasitas lainnya, seperti keterampilan dan kecakapan
rutin, diberikan melalui pelatihan. Dengan demikian terdapat pembagian peran
yang jelas antara pendidikan (non-rutin) dengan pelatihan (rutin), dan ini
dapat menjadi rujukan dalam merancang sistem pembangunan sumber daya manusia
era 4.0.
Satryo Soemantri Brodjonegoro Dirjen Dikti (1999-2007); Guru Besar Emeritus ITB; Wakil Ketua Konsil Kedokteran Indonesia
Kompas, 14 Februari 2018


0 komentar:
Posting Komentar