Tantangan Pers Indonesia
(Kiri-Kekanan) Tenaga Ahli Kementerian Kominfo Dedy Permadi,
Ketua Masyarakat Anti Hoaks Septiaji Eko Nugroho, Direktur Utama Telkomsel
Ririek Ardiansyah, Ketua Bidang Advokasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
yang juga Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas Tri Agung Kristanto menjadi
pembicara pada diskusi dengan tema "Deteksi Hoaks sebagai Langkah Cerdas
Bermedia Sosial" dalam rangka Hari Pers Nasional 2018 di Gedung Convention
Hall Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Rabu (7/2) . Diskusi
dimoderatori oleh Kepala Desk Ekonomi Harian Kompas Dewi Indriastuti (paling
kanan).
Hari Pers Nasional 2018 diperingati hari ini di Padang,
Sumatera Barat. Pertemuan insan pers nasional tahunan ini akan dihadiri
Presiden Joko Widodo.
Sejumlah isu soal industri media menjadi topik bahasan dalam
Konvensi Nasional Media Massa maupun dalam berbagai sesi dialog. Dalam sesi
dialog dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Ketua DPD Oesman Sapta Odang
menyerukan Hari Pers Nasional (HPN) menjadi tonggak kebangkitan pers nasional.
Dalam kesempatan lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
juga menyampaikan pandangannya mengenai betapa pentingnya media sebagai
penyampai informasi kepada publik. Informasi yang benar yang harus diketahui
masyarakat.
Harapan itu tentunya masuk akal. Namun, realitas yang ada
menunjukkan bahwa industri pers dihadapkan pada masalah internal dan eksternal
yang tidak mudah. Transformasi ke digital adalah keniscayaan yang harus
dijalani, masih tingginya pajak kertas adalah masalah lain yang dirasakan
membebani media cetak. Penerbit kecil di daerah merasakan dampak peralihan ke
digital, terlebih menjelang pilkada. Dalam sarasehan Serikat Perusahaan Pers
terungkap bagaimana wartawan media cetak lokal berpindah ke media daring untuk
kepentingan pilkada.
Media daring memang tumbuh eksponensial. Menurut catatan
Dewan Pers, jumlah portal berita daring di Indonesia lebih dari 43.000, tetapi
masih sangat sedikit yang terverifikasi sebagai perusahaan pers profesional.
Perubahan lanskap media itu mengubah pemasang iklan untuk beralih ke media
daring. Namun, ternyata yang mendapatkan keuntungan justru platform asing.
Meskipun demikian, di tengah segala masalah yang
melingkupinya, kita tetap berkomitmen pers Indonesia tetap akan menjalankan
fungsinya untuk mendidik, menghibur, mengedukasi, dan melakukan kontrol sosial.
Independensi pers harus tetap dijaga untuk menjaga marwah jurnalisme itu
sendiri. Pers harus mampu menjalankan perannya sebagai rumah penjernih
informasi di tengah maraknya "informasi" dan berita bohong.
Di tengah maraknya media sosial, pers dituntut untuk
menjelaskan duduknya perkara dan mengangkat fakta yang selama ini tak
terungkap. Peran pers sebagai penyuara orang yang tak bisa bersuara justru
menjadi kebutuhan saat ini. Terungkapnya bencana kesehatan di Agats, Asmat,
Papua, adalah salah satu peran pers yang diharapkan warga.
Di hari pers nasional, saatnya kita merefleksi dan meneguhkan
posisi pers yang akan tetap berada di tengah antara negara dan rakyat. Pers akan
tetap selalu menjadi teman mengawal perjalanan bangsa untuk mencapai tujuan
negara yang ditegaskan dalam pembukaan konstitusi, yakni menyejahterakan
masyarakat dan hadirnya keadilan sosial.
Untuk menjalankan peran itu, pers dituntut untuk tetap berpegang
teguh pada kode etik jurnalistik, meningkatkan profesionalisme jurnalis, serta
menyadari kembali bahwa jurnalisme hadir adalah untuk melayani kepentingan warga,
bukan kepentingan yang lain.
Kompas, 9 Februari 2018



0 komentar:
Posting Komentar