Solusi Damai di Suriah
Tujuh tahun perang saudara dan
lebih dari 500.000 orang tewas serta jutaan warga mengungsi. Namun, belum ada
sinyal perang di Suriah itu akan segera berakhir.
Pasukan Presiden Bashar al-Assad terus membombardir dan merebut kota basis pemberontak di Ghouta Timur, Rabu. Loyalis Assad dibantu pasukan Rusia terus menggempur kawasan yang menjadi benteng terakhir kaum pemberontak.
Bantuan kemanusiaan yang sempat tertahan oleh pasukan
pemerintah dan Rusia kembali mengalir pada Kamis (15/3) menuju Duma, kota
terbesar di Ghouta Timur. Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengirimkan
25 truk untuk mengantarkan paket makanan ke kota itu. Paket makanan tersebut
diperkirakan hanya cukup untuk memenuhi sebagian kecil kebutuhan warga. Rusia
pun menyebut telah mengirim 137 ton paket makanan ke Ghouta Timur.
Duma dan Hamuriyeh adalah dua kota yang menjadi benteng
pertahanan utama kaum oposisi di Ghouta Timur. Sebagian wilayah kota Duma masih
dikontrol kelompok Jeis al-Islam yang ditaksir mempunyai hingga 15.000 anggota
milisi, sedangkan sebagian wilayah Hamuriyeh dikontrol pasukan Suriah.
Hamuriyeh dikontrol oleh tiga faksi kaum pemberontak yang
berbeda. Area di sekitar Hamuriyeh dikontrol Faylaq al-Rahman, yang kemarin
dibombardir pasukan pemerintah. Seorang dokter mengatakan, korban di Hamuriyeh
ada yang dibiarkan tergeletak di jalanan, tanpa bisa ditolong karena bombardir
pasukan pemerintah.
Ghouta Timur yang dekat dengan ibu kota digempur pasukan
pemerintah. Di kota Afrin di Suriah bagian utara, pasukan Turki terus
menggempur kawasan yang didominasi warga Kurdi itu. Turki menganggap mereka
bagian dari kaum teroris dan kelompok pemberontak di dalam negeri Turki.
Turki mulai membombardir kawasan Afrin sejak akhir Januari
hingga Rabu kemarin. Padahal, warga Kurdi bersama pasukan AS sejak awal
terlibat perang melawan pasukan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Sebelumnya, Turki bergabung dengan Rusia dan Iran membantu pasukan pemerintah
Assad merebut kembali daerah yang pernah dikuasai NIIS.
Jutaan warga Suriah kehilangan rumah dan mengungsi ke negara
tetangga ataupun negara-negara di Eropa. Mereka yang tidak mengungsi kehilangan
akses layanan dasar, seperti kesehatan dan pendidikan. Banyak kekayaan warisan
budaya di Suriah yang rusak akibat perang.
Berulang kali penyelesaian damai diupayakan, tetapi berulang
kali pula gagal. Presiden Turki, Rusia, dan Iran dijadwalkan bertemu di
Istanbul pada 4 April 2018 untuk membahas masa depan Suriah.
Kita berharap pertemuan Istanbul menemukan solusi damai, paling tidak menghentikan serangan ke Afrin ataupun Ghouta Timur. Kalaupun serangan ditujukan kepada kaum teroris atau pemberontak, nyatanya rakyat biasa yang sering menjadi korban. Kehadiran bantuan kemanusiaan diperlukan di hampir semua wilayah Suriah setelah tujuh tahun dilanda perang saudara

0 komentar:
Posting Komentar