Impian Kartini dalam Nawacita
oleh: Omas Bulan Samosir
Sembilan agenda prioritas (Nawacita) Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk rakyat
Indonesia dituangkan dalam sembilan agenda pembangunan nasional Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Cita-cita Kartini dalam
memajukan harkat dan peranan perempuan sesungguhnya sudah termaktub dalam RPJMN
tersebut.
Agenda pembangunan perempuan secara eksplisit dituangkan dalam sub-agenda
prioritas 2 dari agenda prioritas kedua (membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya), yaitu meningkatkan peranan
dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan. Juga dalam sub-agenda
prioritas 8 dari agenda prioritas keempat (memperkuat kehadiran negara dalam
melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat,
dan terpercaya), yaitu melindungi anak, perempuan, dan kelompok masyarakat
marjinal.
Sasaran pembangunan perempuan adalah meningkatnya indeks pembangunan
jender dan indeks pemberdayaan jender.
Ketidakadilan
jender
Perempuan Indonesia akan bertambah sebanyak 6,3 juta jiwa dari 127,1 juta
jiwa pada 2015 menjadi 133,4 juta jiwa pada 2019. Selain itu, pada periode
2015-2019, Indonesia juga akan diwarnai lebih banyaknya perempuan usia 15 tahun
ke atas daripada laki-laki usia 15 tahun ke atas. Pencapaian sasaran
pembangunan perempuan dan visi pembangunan nasional 2015-2019, terwujudnya
Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong
royong, akan sangat bergantung pada pemanfaatan dinamika kependudukan ini.
Perempuan Indonesia (masih) mengalami berbagai bentuk ketidakadilan dan
diskriminasi. Ketidakadilan dan diskriminasi terjadi antara lain dalam akses
terhadap pembangunan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja.
Laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menunjukkan
bahwa di Indonesia, indeks pembangunan manusia (IPM) perempuan 8 persen lebih
rendah daripada IPM laki-laki. Secara rata-rata laki-laki sekolah 1,2 kali
lebih lama daripada perempuan. Pendapatan laki-laki dua kali lebih besar
daripada perempuan. Indonesia menempati urutan ke-98 dari 148 negara dalam hal
ketidakadilan jender dalam pembangunan manusia. Di dunia ini, dalam hal
pembangunan manusia, Slovenia merupakan negara yang paling tinggi pencapaiannya
dan Afganistan merupakan negara yang paling rendah pencapaiannya.
Ketidakadilan jender menghambat pembangunan dalam kesehatan reproduksi,
demokrasi, pendidikan, partisipasi angkatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi.
Laporan UNDP menunjukkan bahwa indeks ketidakadilan gender (IKG) juga paling
baik di Slovenia dan paling rendah di Yaman. Indonesia menempati urutan ke-103
dari 152 negara dalam hal IKG.
Di Asia Tenggara, Vietnam dan Myanmar lebih baik daripada Indonesia dalam
hal IKG, masing-masing ada di urutan ke-58 dan ke-83. Persentase perempuan
dalam parlemen lebih tinggi di Vietnam, Myanmar, dan Timor Leste daripada di
Indonesia. Tingkat kematian ibu, tingkat kelahiran pada perempuan remaja usia
15-19 tahun, serta kesenjangan jender dalam pendidikan dan partisipasi angkatan
kerja lebih buruk di Indonesia daripada di Vietnam dan Myanmar. Situasi ini,
jika tidak ditangani, akan berdampak buruk pada pencapaian pembangunan manusia
Indonesia pada masa yang akan datang.
Empat bidang
kunci
Investasi pada perempuan merupakan strategi terobosan yang cerdas dan
harus dilakukan. Terdapat empat bidang kunci yang mempunyai pengaruh katalis
dan pengganda pada kehidupan perempuan, anak perempuan, dan generasi masa yang
akan datang.
Pertama, peningkatan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan menengah
yang berkualitas bagi anak perempuan. Perempuan yang berpendidikan memiliki
prospek ekonomi yang lebih baik, mempunyai anak lebih sedikit dan lebih sehat,
serta lebih cenderung untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Semakin tinggi
pendidikan perempuan, semakin baik perekonomian sebuah bangsa. Allyn Young
(1994) menemukan bahwa delapan negara macan Asia mengalami booming perekonomian
sebagai akibat peningkatan pendidikan perempuan dan partisipasi perempuan dalam
pasar kerja pada 1980-an.
Kedua, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi,
termasuk keluarga berencana. Bagi perempuan, akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi menolong mencegah kematian maternal; memungkinkan perempuan untuk merencanakan
keluarga; memampukan perempuan untuk menunda atau menjarangkan kelahiran untuk
meningkatkan kesempatan pendidikan, pelatihan, dan kesempatan kerja; serta
menolong mengurangi risiko HIV/AIDS.
Ketiga, peningkatan kendali perempuan terhadap aset produktif dan
finansial. Partisipasi ekonomi perempuan dan kepemilikan serta kendali mereka
terhadap aset-aset produktif diyakini akan mempercepat pembangunan, menolong
mengatasi kemiskinan dan mengurangi ketimpangan pendapatan, serta memperbaiki
gizi, kesehatan, dan partisipasi sekolah anak-anak. Perempuan biasanya
menginvestasikan suatu proporsi yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk
keluarga dan komunitas mereka daripada laki-laki.
Keempat, identifikasi dan dukungan terhadap pemimpin-pemimpin perempuan
pada semua tingkat. Pemimpin perempuan ada di mana-mana. Mereka telah membawa
perubahan bagi keluarga, komunitas, dan negara mereka. Tantangan bangsa dan
negara adalah mengidentifikasi mereka dan menemukan cara-cara yang inovatif dan
berkelanjutan untuk mendukung para perempuan dan organisasi mereka. Indonesia
perlu dan harus menghargai kepemimpinan perempuan.
Kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan merupakan syarat untuk
mencapai tujuan pembangunan. Sekarang adalah waktunya untuk merealisasikan
janji-janji membangun perempuan. Membuat Indonesia suatu tempat yang lebih baik
untuk perempuan akan membuat suatu Indonesia yang lebih baik untuk semua.
Investasi pada perempuan dan anak perempuan adalah cara yang paling pasti
untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, stabilitas politik, dan
kesejahteraan yang lebih besar untuk perempuan dan laki-laki. Cita-cita RA
Kartini, yakni kesetaraan jender, akan membuat Indonesia jaya pada masa
mendatang.
Omas Bulan Samosir, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia

0 komentar:
Posting Komentar