SELAMAT TINGGAL SAUDARAKU (KHOIRUL ANAM)
Sejatinya, pertemuan bentuk lain dari perpisahan yang lebih halus
sajak kehidupan yang mesti dipahami
sajak kehidupan yang mesti dipahami
I/
Kabar datang penuh tetiba,
Engkau sudah pergi untuk selamanya
Begitu pesan yang masuk.
Di tengah bimbang, aku telfon orang yang mengabari
Tanpa ragu, ia memberitahu bahwa engkau memang telah pergi pagi tadi.
Hatiku belum bisa menerima, bagaimana bisa engkau pergi begitu tergesa! Bukankah kita belum selesai bercanda, menikmati kopi sambil diskusi tentang pendidikan, yang menurutmu sangat memprihatinkan.
Atau tentang perempuan yang engkau idamkan itu. Perempuan kampung yang hidup sederhana, yang kecantikannya hanya untuk suami tercinta, dan mau hidup dengan apa adanya.
Ah, maaf aku mualai meneteskan air mata.
II/
Suasana duka kental terasa
di dalam masjid yang besar
jasadmu dibaringkan
terbujur kaku penuh ketenangan
Seharusnya aku tak bersedih
nyatanya air mata jatuh tak terasa
sanak-saudara, kerabat hingga teman dekat
berkumpul bersama
Doa-doa dipanjatkan
juga beberapa bacaan ayat suci Al-Qur’an
3 sampai 4 rombongan silih berganti untuk menyolatkan
akupun bersaksi bahwa engkau banyak yang menyanyangi
Seharusnya aku tak bersedih
setelah sekian lama
keranda berjalan tanpa rencana
kalimat, Lailahaillallah, Lailahaillallah, Lailahaillallah Muhammadurrasulullah kembali menggema iringi langkah
Sesampainya di kuburan
engkau pergi begitu tenang
sedang kami
sibuk dengan isak tangis sendiri
menunggu giliran yang tak pasti.
Jogja, 10-12-17

0 komentar:
Posting Komentar