HMI MENJAUHKAN SAYA DARI KELOMPOK LAIN, BENARKAH?
HMI MENJAUHKAN SAYA DARI KELOMPOK LAIN,
BENARKAH?
By:
Ghefur Abduel[*]
Kembali pada masalah tadi. Berangkat dari pertanyaan
itu, saya mulai mencari apa arti sesungguhnya dari hidup berkelompok. Pencarian
ini tidak seperti orang yang mencari barang hilang. Karena apa yang saya cari
bukanlah sesuatu yang pernah kumiliki, yang sudah dimengerti apa yang
dicarinya. Melainkan mencari makna dan nilai dari apa yang telah saya dapatkan
dalam ber-HMI. Sebagaimana lazimnya organisasi, HMI memiliki struktur dan
kultur yang terbagun dari muatan nilai yang tertuang dalam materi pe-latihan
kader sebagai jalan-gerak dan ber-sikap dalam ber-HMI. Nah, dari sinilah saya mulai
sebuah pencarian tentang apa yang ada dalam benak saya tadi.
Dalam materi ke-HMI-an itu, saya mulai mengingat dan
membuka kembali tentang apa yang mendasari manusia hidup berkelompok. Muatan
yang terkandung dalam materi wawasan sosial membuat saya merasa puas terkait
apa yang menjadi kegelisahan saya. Dalam materi wawasan sosial terdapat
keterangan bahwa, manusia hidup dalam berkelompok tidak hanya sekedar untuk
bekerja sama agar lebih produktif. Manusia yang mengikuti cara berpikir seperti
ini mempunyai kelemahan karena menumbuhkan kesombongan bagi manusia yang
memperoleh sejumlah kelebihan
individual, baik berupa kekayaan, kekuasaan, status sosial dan tingkat
pendidikan.
HMI, dalam ber-Islam memandang bahwa kemasyarakatan hidup
(ber-kelompok) merupakan ciri kemanusiaan yang tak dapat dipisahkan dari
keperibadian manusia. Karakter dan jiwa kemasyarakatan bukan sesuatu yang baru
tumbuh setelah manusia berinteraksi dengan orang lain, melainkan sudah ada
sejak manusia diciptakan. Dengan demikian, seorang manusia mempunyai hak-hak
pribadi yang harus dihormati dan bertanggung jawab untuk memenuhi
kepentingannya, baik yang bersifat material untuk kebahagiaan hidup di dunia
hingga yang menyangkut keselamatan dan kebahagiaan di akhirat. Namun, pada saat
yang sama manusia bertanggung jawab mewujudkan kepentingan bersama. Masyarakat memiliki
jiwa sebagaimna individu memiliki jiwa juga. Adapun menjadikan perbedaan
hanyalah terletak pada jiwa kemasyarakatan. Jiwa kemasyarakatan yang lemah akan
menyebabkan lemahnya sistem kehidupan dan hilangnya kehormatan suatu
masyarakat. Oleh karena itu setiap anggota masyarakat atau kelompok bertanggung
jawab untuk menjaga kehormatan dan harga diri masyarakat sehingga terhindar
dari kematian sosial.
Keterangan di atas dapat membuat saya lega, ternyata
hidup berkelompok merupakan fitrah yang sudah ada dalam diri manusia.
Berkelompok merupakan realisasi atau perwujudan dari potensi yang sudah melekat
dalam diri manusia itu sendiri. Konsepsi tentang masyarakat atau hidup
berkelompok tidak bisa lepas dari
konsepsi tentang manusia itu sendiri. kegagalan dalam memahami manusia
akan mengakibatkan kegagalan yang sama dalam memahami masyarakat, serta
kekeliruan dalam memperlakukannya. Di dalam Islam manusia merupakan puncak
kesempurnaan penciptaan diantara mahluk yang lain. Sehingga hanya manusialah
yang dianugrahi keutamaan dalam menyandang “unsur Ilahiyah” yakni perwujudan
Tuhan, yang kelak akan menjadi modal baginya untuk berahlak berdasarkan
sifat-sifat Tuhan.
Keterangan di atas menjelaskan bahwa hidup dalam berkelompok
tidak hanya mengenai kontrak dalam bekerja, dalam artian tidak hanya untuk mencapai
kepentingan yang bersifat keduniawiaan, tetapi lebih kepada fitrah. Bagaimna
fitrah itu diolah menjadi bagian untuk mewujudkan cita-cita bersama. Jiwa
kemasayarakatan harus terus diasah sehingga ia berkembang menjadi sistem nilai
bagi kehidupan. Nah, apa yang disebut
dengan cita-cita bersama tadi?. Karena yang dibicarakan dalam pertanyaan tadi
masih dalam konteks HMI, maka kita juga harus melihat apa yang menjadi tujuan
dari HMI itu sendiri. cita-cita HMI adalah terbinanya
mahasiswa Islam menjadi insan ulil albab yang turut bertanggung jawab atas
terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT.
Dengan mengetahui secara jelas apa yang sudah
dicita-citakan oleh HMI maka, asumsi saya tidak mempunyai dasar yang valid. Malah
dalam berkelompok saya bisa mengembangkan potensi atau fitrah yang ada dalam
diri saya, tak terkeculai bagaimana jiwa kemasyarakatan itu diolah. Persoalannya
hanya terletak pada, apakah kelompok yang saya pilih merupakan kelompok yang
tepat?. untuk mengukur apakah kelompok itu sudah tepat maka perlu saya
kembalikan kepada tujuan HMI itu sendiri. dan membandingkan apakah tujuan HMI bertentangan
dengan Islam. Dalam kesimpulan saya HMI memiliki tujuan mulia untuk mewujudkan
ajaran Islam atau nilai-nilai Islam yang tertuang dalam kitab sucin-Nya. Maka
tidak mungkin tujuan HMI bertentangan dengan Islam yang secara jelas ingin
diwujudkan oleh kader-kadernya dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, persoalan diatas hanya ilusi semata
yang senantiasa menghinggapi ruang-ruang imaji manusia. Karena sebagaimana saya
sebutkan di atas, pertanyaan itu tidak memiliki dasar yang kuat dalam materi ke
HMI-an, apalagi dalam kultur yang notabennya perwujudan dari apa yang menjadi
nilai dan pengangan HMI (khittoh perjuangan). Kalaupun ada perbedaan antara
satu kelompok dengan kelompok lain itu hanya persoalan perbedaan jiwa
kemasyarakatannya yang lemah. Dalam artian ada kekurangan dalam mengolah jiwa
kemasayarakatan dimana ia berkelompok. Kiranya dari perbedaan itulah kita
mengasumsikan bahwa itu adalah kehendak bijak Allah SWT untuk mendidik manusia
membangun interaksi sosial dalam kerangka ketakwaan.
Mudah-mudahan apa yang saya alami juga pernah anda
alami, paling tidak memacu kita untuk kembali memaknai dan menggali khasanah
ke-HMI-an yang menyamudra. Kemudian pencarian itu kita maksudkan agar antara
kita dan HMI tidak berjauhan, sehingga opini pribadi tidak dijadikan opini HMI.
Objektifitas dapat meminimalisir subyektifitas dalam membangun wacana. Saya
rasa cukup sampai disini perjumpaan kita dalam dunia imaji, dan mudah-mudahan
kita dipertemukan dalam dunia imaji yang lain. Perlu diketahui bahwa pertanyaan
diatas hanyalah refleksi dari kenyataan-kenyataan yang saya hadapi dalam imaji.
Maka saya pribadi tertarik untuk menelusuri, apakah benar kelompok saya yang
menjauhkan diri ini dengan kelompok lain? ataukah ia hanyalah ilusi?. dan
apabila ada kesalahan dalam menginterpretasikan khittoh perjuangan “khususnya
dalam wawasan sosial” mohon untuk dikoreksi. WASSALAM.



0 komentar:
Posting Komentar